Begitu ada kabar bahwa
ia telah dipindah dari ruang ICU ke kelas VIP, kamipun bergegas
menjenguknya, saat itu tak ada yang dapat kami lakukan untuk mengurangi rasa
sakitnya kecuali menjajakan seuntai harapan dan canda serta sebait doa. Satu hal
yang kami pinta dari Tuhan agar Dia menganugerahi
kesembuhan kepada sahabat yang kami cintai ini, yakni bangkit dari tidurnya.
Rupanya Tuhan berkehendak lain, Dua hari setelah kami membesuknya, sahabat itu dipanggil oleh Sang Khalik. Antara percaya dan tidak percaya, karena sepertinya baru kemarin kami berkisah. ”Vany aku melihat istana indah yang
dipenuhi oleh peri-peri yang lucu, aku ingin tinggal di sana, tolong antar aku ke sana”. Itulah bisikan
terakhirnya ketelingaku yang membuatku tidak kuat menatap bola matanya ketika kami hendak meninggalkannya. Kata-kata itu
jugalah yang terus terngiang di telingaku sehingga air mataku terus
mengalir tiada hentinya. Dalam diam kutertunduk penuh penyesalan, mengapa aku tidak berada disampingnya ketika dia berjuang dengan maut. Untung seberkas cahaya iman menyusup dalam kalbu, bahwa dia pergi untuk bahagia. Sejenak aku teringat akan keindahan bersama dia dalam canda
dan tawa, dalam tangis dan air mata.
Rika adalah gadis desa yang cantik, periang, suka membantu, tidak membedakan teman dalam bergaul, serta lembut
namun tegas. Dia anak seorang kaya raya ukuran kami. Cita-cita kami sama yaitu ingin menjadi seorang pelayan di kebun anggur Tuhan. Maka tidak heran jika kami
cocok dalam banyak hal, baik kecintaan kami pada buku, kegilaan si petualang, film kesukaan, lagu kesukaan dan juga saat-saat teduh sangat kami
rindukan dalam hidup kami. Hanya bedanya adalah dia sangat
terkenal di sekolah oleh karena
kepintaran, keramahan, kebaikan dan rasa humor yang tinggi. Walaupun keberuntungan ada dalam dirinya, Rika
bukanlah seorang pribadi yang sombong, dia sering menolong
orang yang lemah dalam ekonomi maupun intelek.
Ternyata kebahagiaan duniawi ibarat bunga liar di tengah hutan, pagi hari mekar dan sore hari sudah layu kembali, sifatnya hanya sementara saja. Semuanya dikalahkan oleh saudara penyakit kanker yang tidak kenal kompromi. Penyakit ini dengan leluasa menggerogoti bagian-bagian tubuh Rika yang mengakibatkan tubuhnya yang dulu segar, kini menjadi lusuh dan kurus. Segalanya dapat berubah begitu cepat tanpa bisa dikendalikan. Sendiri ia berjuang menentang maut, nafasnya menderu, memburu sang waktu, yang kadang terhenti dan benar-benar terhenti karena sudah bertemu dengan sipemilik kehidupan.
Sahabatku…..banyak angan yang belum kita raih, banyak mimpi yang belum terwujud, banyak tangan yang masih membutuhkan uluran kasih kita, banyak lautan yang belum kita seberangi dan banyak gunung yang belum kita daki. Tetapi hari ini adalah hari yang sempurna untukmu tuk gapai s'mua angan dan mimpi kita yang masih tertunda. Kini engkau telah tiada dan tinggal di tempat yang paling indah itu, yaitu istana nan megah dan bertemu dengan peri-peri mungil yang kan membawamu ke tempat yang pernah kita impikan bersama. Walau aku masih mengharapkan kehadiranmu bersamaku untuk temaniku merangkai hidup seperti dulu, namun aku kan relakan engkau pergi untuk selamanya. Doaku kan melambung stiap saat berlomba dengan sang waktu untukmu. Kukan tetap melanjutkan cita-cita suci itu tanpa dirimu. Walau hari ini begitu menakutkan bagiku karena alam pun enggan berpisah denganmu, yang ditandai dengan derasnya hujan dan mendungnya langit. Sama seperti gelapnya hatiku yang hampa tanpamu, tapi kuyakin esok kan indah seperti pelangi sehabis hujan. Bahwa ada tawa setelah air mata, ada kebahagiaan dibalik kesedihan dan ada hikmat dibalik cobaan. Sahabat........pergilah......kuharap engkau bahagia di sisiNya.
Ternyata kebahagiaan duniawi ibarat bunga liar di tengah hutan, pagi hari mekar dan sore hari sudah layu kembali, sifatnya hanya sementara saja. Semuanya dikalahkan oleh saudara penyakit kanker yang tidak kenal kompromi. Penyakit ini dengan leluasa menggerogoti bagian-bagian tubuh Rika yang mengakibatkan tubuhnya yang dulu segar, kini menjadi lusuh dan kurus. Segalanya dapat berubah begitu cepat tanpa bisa dikendalikan. Sendiri ia berjuang menentang maut, nafasnya menderu, memburu sang waktu, yang kadang terhenti dan benar-benar terhenti karena sudah bertemu dengan sipemilik kehidupan.
Sahabatku…..banyak angan yang belum kita raih, banyak mimpi yang belum terwujud, banyak tangan yang masih membutuhkan uluran kasih kita, banyak lautan yang belum kita seberangi dan banyak gunung yang belum kita daki. Tetapi hari ini adalah hari yang sempurna untukmu tuk gapai s'mua angan dan mimpi kita yang masih tertunda. Kini engkau telah tiada dan tinggal di tempat yang paling indah itu, yaitu istana nan megah dan bertemu dengan peri-peri mungil yang kan membawamu ke tempat yang pernah kita impikan bersama. Walau aku masih mengharapkan kehadiranmu bersamaku untuk temaniku merangkai hidup seperti dulu, namun aku kan relakan engkau pergi untuk selamanya. Doaku kan melambung stiap saat berlomba dengan sang waktu untukmu. Kukan tetap melanjutkan cita-cita suci itu tanpa dirimu. Walau hari ini begitu menakutkan bagiku karena alam pun enggan berpisah denganmu, yang ditandai dengan derasnya hujan dan mendungnya langit. Sama seperti gelapnya hatiku yang hampa tanpamu, tapi kuyakin esok kan indah seperti pelangi sehabis hujan. Bahwa ada tawa setelah air mata, ada kebahagiaan dibalik kesedihan dan ada hikmat dibalik cobaan. Sahabat........pergilah......kuharap engkau bahagia di sisiNya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar